Mengapa Kamera Mirrorless Makin Besar Ukurannya?
22.41 |
Jakarta - Belakangan ini, dari tahun 2017 ke 2018, aku mendapati kamera-kamera mirrorless kelas top atau profesional ukurannya semakin besar dan berat tidak peduli formatnya micro four thirds, APS-C atau full frame.
Contoh saja, beberapa tahun yang kemudian Fuji mengolok-olok fotografer profesional yang mengunakan kamera DSLR dan banyak lensa dengan poster menyerupai di bawah ini:
*CSC = Compact system camera (istilah kamera mirrorless di Amerika Serikat) - Foto: Infofotografi |
Tapi kenyataannya kamera terbaru Fuji yaitu X-H1 malah tidak sesuai lagi dengan filosofi awalnya. Dibandingkan dengan awal-awal kamera Fuji yaitu X-T1 dan X-T10 yang sangat sukses di pasar Indonesia, X-H1 lebih besar bahkan menyerupai dengan kamera DSLR Nikon D7500 (APS-C) dan D750 (Full frame).
Fuji X-H1 (kiri), Nikon D7500 (kanan) - Foto: Infofotografi |
Dibandingkan dengan ukuran Nikon D7500 dan 17-55mm f/2.8 (kanan) ukuran kamera mirrorless Fuji X-H1 (kiri) dan 16-55mm f/2.8 menyerupai dan berat XH1 dan lensa 1.328 kg, sedangkan D7500 dan lensa yang sebanding totalnya 1.475 kg tidak berbeda banyak juga
Panasonic GH5 (kiri), Panasonic G1 (kanan) - Foto: Infofotografi |
Panasonic GH5 dengan lensa kit 12-60mm f/2.8-4 (kiri). Jika dibandingkan ukuran kamera dan lensa kitnya jauh lebih besar daripada Panasonic G1 kamera mirrorless pertama dengan lensa kit 14-42mm.
Sony A9 (kiri), Sony A7 (kanan) - Foto: Infofotografi |
Kamera mirrorless Sony yang bersensor full frame Sony A9 juga lebih besar daripada A7 kamera mirrorless full frame pertama Sony.
Selain ukuran/dimensi, berat kamera dan lensa juga makin bertambah berikut perbandingannya:
* Sony A7 : 474 gram + Sony Zeiss FE 24-70mm f/4 : 430 gram. Total = 904 g
* Sony A9 : 673 g + Sony FE 24-70mm f/2.8 : 886 gram. Total = 1.556 g
* Fuji X-T1 : 381 gram + Fuji XF 18-55mm : 310 g. Total = 691 g
* Fuji X-H1: 673 g, Fuji XF 16-55mm f/2.8 : 655 g = Total = 1.328 g
* Panasonic G1 : 429 g + 14-42mm : 110 g. Total = 539 g
* Panasonic GH5 : 725 gram + Panasonic Leica 12-60mm f/2.8-4 : 320 g. Total = 1.045 g
Ukuran kamera yang menjadi makin besar tidak terelakkan alasannya peningkatan kualitas elektronik di dalam kamera tidak sanggup diminiaturisasi lebih kecil lagi.
Komponen menyerupai baterai, jendela bidik, jikalau semakin tinggi kualitasnya fisiknya menjadi lebih besar. Apalagi kalau kameranya perlu disegel biar kondusif dari air, bubuk halus atau suhu yang sangat cuek niscaya dimensi fisiknya akan bertambah sedikit banyak.
Kamera yang tidak hanya fokus di foto saja, juga video, memang tidak sanggup kecil, dan sebaiknya malah ukurannya besar, biar tidak terlalu simpel overheat (kepanasan).
Contohnya Panasonic GH5, ukurannya cukup besar dan sanggup merekam video tanpa batas waktu dan tidak kepanasan.
Kamera mirrorless yang besar-besar memang juga ditujukan khusus kepada fotografer profesional, biasanya mereka membutuhkan spesifikasi yang tinggi, juga pegangan yang besar, alasannya lebih mantap ketika mengunakan lensa yang panjang, dan berkesan Pro.
Leica SL kondusif dipakai ketika bersalju - Foto: Infofotografi |
Flashback satu setengah tahun kemudian ketika pertama kali aku memegang Leica SL mempunyai kesan awal kameranya besar padahal kamera ini jenisnya mirrorless.
Namun Setelah aku menanyakan kepada Chairman Leica di Photokina 2016, menjadi terperinci bahwa kalau mencari kamera mirrorless yang berkualitas memang ukuran tidak sanggup dikompromikan kecuali kita mau mengorbankan beberapa hal.
Misalnya tidak ada jendela bidik atau ukuran sensornya dikecilkan, tidak ada stabilizer di body dan sebagainya. Kemudian ia membandingkannya dengan Leica Q yang kualitas gambarnya menyerupai jauh lebih compact tapi tidak setahan-banting Leica SL.
Pertama-tama aku tidak sanggup terima klarifikasi ini alasannya semua kamera mirrorless ketika itu lebih kecil dan ringan tapi sehabis waktu berjalan lewat aku merasa: "Oh ya benar juga, memang kalau semua komponen kamera dibikin bagus, niscaya fisiknya tidak sanggup kecil."
Maka itu, kalau sedang mencari kamera dan mendapati kameranya berukuran kecil kita harus kritis, apa yang 'missing' atau tidak ada di kamera ini dibandingkan dengan yang lain.
Apakah yang 'missing' ini penting atau tidak? Kalau tidak butuh atau tidak penting bolehlah dipertimbangkan, jikalau tidak, sebaiknya menentukan yang lain.
Dalam tiga tahun terakhir pembuat kamera berlomba-lomba menciptakan kamera yang tepat makin canggih memang, tapi ukuran, berat dan harga naik semua.
Ironisnya kebanyakan orang yang ingin membeli kamera pro yang gres sebagian besar mungkin bukan profesional full time tapi sebagian besar yaitu penghobi fotografi amatir dan sebagian kecil lainnya yaitu part-time/semi profesional.
Sepengetahuan saya, pasar fotografer profesional beberapa tahun ini agak menurun dan di ketika menyerupai ini fotografer profesional jarang ingin membeli kamera gres yang lebih canggih jikalau kamera usang masih sanggup dipakai untuk mencari uang. Membeli kamera gres dirasa kurang bijak alasannya usang balik modalnya.
Penghobi fotografi mempunyai kebutuhan yang berbeda, mereka tidak terlalu sensitif terhadap kenaikan harga tapi menginginkan kamera yang kecil, kinerja yang elok dan simpel digunakan.
Mudah-mudahan dalam beberapa tahun kedepan, pembuat kamera mulai menyadari hal ini dan menciptakan kamera yang cocok untuk pencinta fotografi.
*) Enche Tjin yaitu pendiri Infofotografi, seorang fotografer, pelatih fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Google+ dan Instagram: enchetjin Sumber detik.com